Tuesday, April 25, 2006

Sekilas Istirah Matahari

SEKILAS
ISTIRAH
MATAHARI

/Rahmat Ali

1.
Hujan lebat, sunyi tak ada yang tahu. Saat itu lelaki digeret masuk kamar. Oleh perempuan yang telah lama takgandrung kekasih.

2.
Sama juga ulah senja gairah yang menjelma malam. Dengan nafsu memuncak matahari ditarik ke kegelapannya. Malam mendekap lumat-lumat. Entah apa yang berlangsung setelah itu kecuali derum dari dalam jiwa berdua.

3.
Bintang-gemintang tahudiri hanya memandang. Lalu tidak keberatan diminta ikut mijit kaki-kaki matahari yang penat. Burunghantu memaklumi, sukarelalah berdendang ditingkah nafiri bambu-bambu pegunungan. Cicak-cicak berdecak, iri barangkali. Desah yang gandrung walau dalam frekuensi lemah terdengar juga ke mana-mana.

4.
Beberapa saat kemudian matahari puas. Lelap tengkurap dan malam telentang. Ngorok keras sampai ke galaksi sebelah membisingi. Mata mereka kuat memejam seperti dilem. Bahagia telah renggut hasrat lampias.

5.
Matahari tak sadar-sadar. Tidur di atas onggok daging, antara daster dan kutang malam. Toh sebelum esok walau tetap lelap pejam dikejut juga untuk bangun. "Ayo cepat!"—desak malam yang terlambat kenakan tutup tubuh. "Kamu harus tugas lagi menyorot seluruh alam!"

Jakarta 20 April 2006

0 Comments:

Post a Comment

<< Home