Thursday, April 27, 2006

PESTA RAHMAT ALI

AKSARA Edisi 6 Tahun 2006, Pernik

Pesta Karya Rahmat Ali

Mula-mula t-shirt, lalu lamakelamaan juga celana panjangnya dilepas. Wah, lelaki sastrawan itu melepas pakaiannya! Apa-apaan ini? Sebuah pornoaksikah? Tunggu dulu, Anda jangan mengira adegan ini sebagai pornoaksi. Sebab di balik pakaian yang dilepas tadi ada pakaian lain yang melekat di tubuhnya. Pakaian renang! Ah, ada-ada saja penampilan sang sastrawan senior ini. Dialah Rahmat Ali, yang telah berkarya sejak 1958 dan menghasilkan berbagai penghargaan sastra. Kumpulan cerpen dan puisi Bi Gayah Sambalnya Mmmm...m adalah salah satu buku karyanya.

Sebelumnya ia memang mengatakan akan membuat kejutan dalam sosialisasi karyanya kali ini di Wapress, Senin, 27 Maret 2006. Rupanya inilah kejutan yang dimaksudkan. la mendramatisasikan cerpennya secara solo dengan mengusung properti lengkap. Sebentar kemudian dia mengganti topi baret khasnya dengan kacamata dan selang pernapasan untuk menyelam. Beberapa saat setelah itu la memakai wig, lalu kembali melafalkan cerpennya, kemudian mencopot wig dan menggantinya dengan peci. Demikianlah aksi seru Rahmat Ali malam itu.

Selain sang penulis, acara ini juga diisi oleh penampilan beberapa seniman yang tampil solo atau dengan tim. Semua pengisi acara membawakan karya Rahmat All dari buku yang sedang disosialisasikan itu.

Yonathan Rahardjo yang mewakili Penerbit Majas, sekaligus yang membuka acara, secara tak sengaja menarik gulungan kertas berisi namanya sendiri untuk tampil pertama ke atas pentas. Acara kali ini memang mengadopsi konsep undian, yakni dengan mengambil secara acak gulungan kertas berisi nama para pengisi acara. Seperti biasa, Yo membawakan Syairupa. Dia mencoretkan kuas ke atas kanvas sambil melafalkan Sajak Nglangut. Jadilah lukisan sosok lelaki bertopi baret di antara goresan beragam warna pada kanvasnya. Tak diragukan Iagi, la melukis Rahmat Ali, sang empunya pesta.

Teaterawan, A. Badri AQ. T. melafalkan sekaligus mendramatisasikan cerpen Sol demi Sol yang mengisahkan tentang sepasang sepatu tua. Sihar Ramses Simatupang tampil solo dengan gitar dan sejumlah perangkat untuk efek suara.

Irmansyah, penyair asal Sumatra Barat, membawakan puisi yang didahului oleh syair-syair dari Minang. Lain Irmansyah, lain SAM August Himmawan. la membawakan mantra dalam bahasa Jawa lengkap dengan properti hio yang diperlakukan layaknya kemenyan. Mantra itu untuk membuka kolaborasi dramatisasi sekaligus musikalisasi cerpen dengan Henny Purnama Sari dan Benmales. Mereka membawakan Moko yang Terpanah. "Seperti sandiwara radio," komentar seorang seniman.

Sementara itu, Rara Gendis, Retno, dan Miranda Putri tampil masing-masing membawakan cerpen dan puisi. Teaterawan Anas membacakan puisi bersama Debby, seorang model. Acara ditutup dengan foto bersama dengan sang penulis, RahmatAli. (Terima kasih untuk Yoyik Lembayung, Anto Baret, dan seluruh tim Wapress atas kerja samanya). []

1 Comments:

At 9:24 PM, Blogger Seo Lalita said...

Sam August, yang saya tahu pernah belajar ndalang dan menjadi pemenang lomba ndalang sewaktu beliau masih SMP. Saat itu beliau juga sudah menjadi guru&juri lomba baca puisi di kab kudus.
Yonathan Raharjo kalau tidak salah dokter hewan yg novelnya menang oleh DKJ..judulnya Lanang.

 

Post a Comment

<< Home