MEMBUDAYAKAN
BERENANG DALAM KELUARGA
BERENANG DALAM KELUARGA
Saya bisa berenang lantaran sejak kecil sering bermain-main di sungai sepulang sekolah bersama kawan-kawan desa. Lokasi sungainya tidak jauh dari rumah. Boleh dikata hanya di belakang rumah. Di salah satu bagian sungai yang tidak seberapa lebar itu terdapat "kedung", istilah di desaku waktu itu untuk pengganti nama lubuk. Ya tidak dalam, namun untuk ukuran anak yang belum bisa berenang bisa bikin tenggelam juga. Nah, lantaran meniru kawan-kawan di dalam menggerak-gerakkan kaki dan tangan di air maka mengambanglah aku. Bisa bergerak dari satu tepian ke tepian lainnya. Boleh dibilang airnya lumayan bersihnya. Artinya tidak ada sampah atau kotoran lainnya. Kegemaran berenangku berlangsung terus sampai aku duduk di SMA, bahkan sampai di universitas. Kini aku sudah kakek-kakek. Kebiasaanku berenang tidak kunjung henti. Sayangnya di kota besar tidak memiliki sungai yang jernih seperti di desa zaman kecilku dulu. Adanya kolam renang yang harus bayar. Ada kolam yang bersih, lainnya lagi kolam yang kurang memperhatikan kebersihan. Jika tidak tahan-tahan perenangnya bisa kegatalan sampai di rumah. Terpaksa aku harus memilih yang sebaik-baiknya. Artinya yang higienis tidak terjangkit kuman-kuman. Resikonya kolam yang bersih dan terawat baik tentu tidak murah. Apa boleh buat, demi sehat dan tidak kena penyakit. Isteriku kurang pandai berenang dan masih takut-takut di kolam. Maka kucarikan pelatih biar berenangnya benar dan dalam sebulan saja sudah bisa. Dia tanpa pelatih lagi sesudah itu. Namun kalau di lokasi yang dua meter lebih dalamnya dia masih takut. Padahal kalau sudah bisa berenang kan tidak apa-apa. Nggak, ah, anggak, jawabnya menyimpan takut tenggelam. Walau kuterangkan sekali lagi tetap saja masih takut. Dia berlatih sendiri sampai kuat beberapa menit di tempat yang agak dangkal.
Cucu-cucuku juga kuajak ke kolam renang. Wah, girangnya bukan main. Mereka pakai ban. Dengan kubimbing akhirnya bisa juga mengambang. Cucu pertama sudah lihay dan cukup kuat. Cucu nomor empat berani juga, namun masih kolokan dan mintanya kudampingi saja, atau oleh neneknya. Dia sudah bisa juga lo, namun tidak mau kuserahkan ke pelatih. Pokoknya berenang seperti sudah maniak. Dengan begitu jika kami berpiknik ke tempat rekreasi dan ada sarananya termasuk kolam renang, berenanglah kami ramai-ramai. Sungguh menggembirakan saat bergantian meluncur dari ketinggian menerobos lorong yang berkelok-kelok licin. Tahu-tahu byur nyemplung ke air yang biru. Kami di bawah dan tiba-tiba saja air setangki besar tumpah menimpa orang-orang di bawah. Kami tertawa-tawa. Kami jadi tidak asing lagi dengan air. Inilah gambar-gambar kami sekeluarga di salah satu kolam renang ibukota. Memangnya kami keturunan ikan, ya? He-he-he!
Cucu-cucuku juga kuajak ke kolam renang. Wah, girangnya bukan main. Mereka pakai ban. Dengan kubimbing akhirnya bisa juga mengambang. Cucu pertama sudah lihay dan cukup kuat. Cucu nomor empat berani juga, namun masih kolokan dan mintanya kudampingi saja, atau oleh neneknya. Dia sudah bisa juga lo, namun tidak mau kuserahkan ke pelatih. Pokoknya berenang seperti sudah maniak. Dengan begitu jika kami berpiknik ke tempat rekreasi dan ada sarananya termasuk kolam renang, berenanglah kami ramai-ramai. Sungguh menggembirakan saat bergantian meluncur dari ketinggian menerobos lorong yang berkelok-kelok licin. Tahu-tahu byur nyemplung ke air yang biru. Kami di bawah dan tiba-tiba saja air setangki besar tumpah menimpa orang-orang di bawah. Kami tertawa-tawa. Kami jadi tidak asing lagi dengan air. Inilah gambar-gambar kami sekeluarga di salah satu kolam renang ibukota. Memangnya kami keturunan ikan, ya? He-he-he!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home